1. Aluminium
Aluminium merupakan logam
non-ferrous yang paling banyak digunakan di dunia, dengan pemakaian tahunan
sekitar 24 juta tonAluminium dengan densitas 2.7 g/cm3 sekitar sepertiga dari
densitas baja (8.83 g/cm3), tembaga (8.93 g/cm3), atau kuningan (8.53 g/cm3),
mempunyai sifat yang unik, yaitu: ringan, kuat, dan tahan terhadap korosi pada
lingkungan luas termasuk udara, air (termasuk air garam), petrokimia, dan
beberapa sistem kimia.
Pemakaian aluminium dalam dunia
industri yang semakin tinggi, menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik
aluminium terus menerus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk murni memiliki
kekuatan yang rendah dan tidak cukup baik digunakan untuk aplikasi yang
membutuhkan ketahanan deformasi dan patahan, maka dari itu perlu ditambahkan
unsur lain untuk meningkatkan kekuatannya. Aluminium dalam bentuk paduan yang
sering dikenal dengan istilah aluminium alloy merupakan jenis aluminium yang
digunakan cukup besar saat ini. Berdasarkan metode peleburannya, paduan
aluminium dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yaitu paduan tempa (wrought)
dan paduan tuang (casting). Jenis paduan aluminium saat ini sangat banyak dan
tidak menutup kemungkinan ditemukannya lagi jenis paduan aluminium baru, oleh
karena itu dibuatlah sistem penamaan sesuai dengan komposisi dan karakteristik
paduan aluminium tersebut untuk memudahkan pengklasifikasiannya. Salah satu
penamaan paduan aluminium adalah dengan standar AA, seperti pada Tabel 2.1.
Pada aluminium tempa, seri 1xxx
digunakan untuk aluminium murni. Digit kedua dari seri tersebut menunjukkan
komposisi aluminium dengan limit pengotor alamiahnya, sedangkan dua digit
terakhir menunjukkan persentase minimum dari aluminium tsb. Digit pertama pada
seri 2xxx sampai 7xxx menunjukkan kelompok paduannya berdasarkan unsur yang
memiliki persentase komposisi terbesar dalam paduan.
Digit kedua
menunjukkan modifikasi dari unsur paduannya, jika digit kedua bernilai 0 maka
paduan tersebut murni terdiri dari aluminium dan unsur paduan. Jika nilainya 1
– 9, maka paduan tersebut memiliki modifikasi dengan unsur lainnya. Dua angka
terakhir untuk seri 2xxx – 8xxx tidak memiliki arti khusus, hanya untuk
membedakan paduan aluminium tersebut dalam kelompoknya. Paduan aluminium tuang penamaannya memakai
sistem tiga digit diikuti dengan satu bilangan desimal. Tabel 2.2 menunjukkan
seri paduan aluminium tuang berdasarkan unsur paduannya
12. Paduan
Aluminium – Silikon
Paduan
aluminium – silikon tuang memiliki sifat mekanis, mampu cor, mampu las dan
ketahanan korosi yang sangat baik sehingga secara luas telah digunakan untuk
aplikasi aerospace, rekayasa laut, automobil dan rekayasa instrumen. Paduan
aluminium-silikon tuang komersial adalah material multi fasa yang terdiri dari
mikrostruktur yang diklasifikasikan dengan seri 3xx.x untuk paduan aluminium
silikon dengan tambahan tembaga dan atau magnesium, dan seri 4xx.x untuk paduan
aluminium silikon. Sifat karakteristik paduan Al-Si pada umumnya mempunyai
kekuatan tarik yang tinggi dalam hubungannya dengan densitas. Tingkat kekuatan
tariknya sangat dipengaruhi oleh komposisi multi fasa mikrostrukturnya. Tabel
2.3 berisi perbandingan kekuatan tarik dari paduan aluminium dan paduan lainnya.
Kandungan silikon dalam paduannya
berkisar antara 5 – 23 % wt. Strukturnya bisa hipoeutektik (1.65 – 12.6 wt %
Si), eutektik (12.6 wt % Si), dan hipereutektik (> 12.6 wt % Si) tergantung
dari persentase silikon dalam paduannya seperti pada Gambar 2.1. Dalam ketiga
jenis paduan aluminium- silikon tuang ini (hipoeutektik, eutektik,
hipereutektik) terdapat α-Al yang merupakan komposisi utama dari paduan Al-Si
tuang. Paduan aluminium- silikon tuang paling sering ditemui dalam fasa
hipoeutektik dan eutektik. Unsur silikon dalam paduan tersebut dapat
meningkatkan ketahanan korosi dan aus, meningkatkan karakteristik casting dan
machining pada paduan.
13. Metallography
Test (foto mikro)
Hubungan antara struktur mikro
dengan sifat mekanik logam dipengaruhi oleh kuantitas fasa, ukuran fasa dan
pengaruh bentuk fasa. Paduan Al-Si memiliki kombinasi karakteristik yang baik
antara lain castability, ketahanan korosi yang baik (good corossion
resistance), ketahanan aus (wear resistance), dan mampu mesin yang baik
(machinability).
Setiap spesimen yang akan di
lakukan pengujian seharusnya dilakukan foto mikro, tujuannya adalah untuk
menganalisa struktur pada benda uji atau spesimen. Pengambilan foto dilakukan
dengan menggunakan mikroskop optic tipe MM 10 A serta didukung oleh
software-nya, sebelum dilakukan pengambilan gambar spesimen terlebih dahulu di
polishing sedemikian rupa agar foto yang didapat menjadi maksimal. Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan pada metalografi adalah sebagai
berikut:
- Pemotongan (Cutting) Spesimen
Secara teknis proses permesinan
mulai dilakukan orang sejak diperkenalkan mesin koter (boring machine) oleh
Wilkinson pada tahun 1775 yang digunakan untuk membuat komponen mesin uap James
Watt. Pada saat itu konsep ketelitian
dan ketepatan mulai di anut karena komponen mesin memerlukan ketelitian dan
ketepatan pembuatan yang tinggi. Dalam perkembangannya, sesuai dengan kemajuan
teknologi pembuatan komponen logam yang lain.
Setelah dilakukan proses pencetakan
dan spesimen dikeluarkan dari cetakan maka hal yang dilakukan selanjutnya
adalah proses pemotongan. Tujuan dari proses pemotongan (Cutting) ini adalah
untuk membentuk spesimen uji yang kita inginkan. Pemotongan dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan proses sekrap (shaping/planing). Proses sekrap
merupakan proses yang hampir sama dengan proses bubut, dalam hal ini gerak
potongannya bukan gerakan rotasi, melainkan gerakan translasi yang dilakukan
oleh pahat (pada mesin sekrap) atau oleh benda kerja (pada mesin sekrap
meja).
Cara kerjanya yaitu, benda kerja dipasang
pada meja sementara pahat (serupa dengan pahat bubut) dipasangkan pada
pemegangnya. Kedalaman potong dapat ditetapkan dengan cara menggeser pahat
melalui skala pada pemutar. Gerak makan seperti halnya pada proses bubut dapat
dipilih dan pada saat langkah baik berakhir di meja atau pahat bergeser sejauh
harga yang dipilih tersebut. Panjang langkah pemotongan diatur sesuai dengan
panjang benda kerja ditambah dengan jarak pengawalan dan jarak pengakhiran.
Apabila hal ini talah ditetapkan maka perbandingan kecepatan menjadi tertentu
harganya (tergantung dari konstruksi mesin). Dalam hal ini kecepatan mundur
(tidak memotong) harus lebih tinggi daripada kecepatan maju (memotong).
Kecepatan potong rata-rata dan kecepatan makan ditentukan oleh jumlah langkah per
menit yang akan dipilih dan diatur pada mesin perkakas yang bersangkutan.
- Bingkai (Mounting) Spesimen
Dalam pemilihan material untuk
mounting, yang perlu diperhatikan adalah perlindungan dan pemeliharaan terhadap
spesimen. Bingkai haruslah memiliki kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan
bukan merupakan suatu indikasi, dari karakteristik abrasif. Material bingkai
juga harus tahan terhadap distorsi fisik yang disebabkan oleh panas selama
pengamplasan, selain itu juga harus dapat melkukan penetrasi ke dalam lubang
yang kecil dan bentuk permukaan yang tidak beraturan.
Spesimen yang berukuran kecil atau
memiliki bentuk yang tidak beraturan akan sulit untuk ditangani khususnya
ketika dilakukan pengamplasan dan pemolesan akhir. Sebagai contoh adalah
spesimen yang berupa kawat, spesimen lembaran metal tipis, potongan yang tipis,
dan lain-lain.Untuk memudahkan penanganannya, maka spesimen-spesimen tersebut
harus ditempatkan pada suatu media (media mounting).
Media mounting yang dipilih
haruslah sesuai dengan material dan jenis reagen etsa yang akan digunakan. Pada
umumnya mounting menggunakan material plastik sintetik. Materialnya dapat
berupa resin (castable resin) yang dicampur dengan hardener, atau bakelit.
Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang digunakan lebih sederhana
dibandingkan bakelit, karena tidak diperlukan aplikasi panas dan tekanan.Namun
bahan castable resin ini tidak memiliki sifat mekanis yang baik (lunak)
sehingga kurang cocok untuk material- material yang keras.Teknik mounting yang
paling baik adalah menggunakan thermosetting resin dengan menggunakan material
bakelit. Material ini berupa bubuk yang tersedia dengan warna yang
beragam.Thermosetting mounting membutuhkan alat khusus, karena dibutuhkan
aplikasi tekanan (4200 lb.in-2) dan panas (1490˚C) pada mold saat
mounting.
- Pengamplasan (Grinding) Spesimen
Perbedaan antara pengerindaan dan
pengamplasan terletak pada batasan kecepatan dari kedua cara tersebut.
Pengerindaan adalah suatu proses yang memerlukan pergerakan permukaan abrasif
yang sangat cepat, sehingga menyebabkan timbulnya panas pada permukaan
spesimen. Sedangkan pengamplasan adalah proses untuk mereduksi suatu permukaan
dengan pergerakan permukaan abrasif yang bergerak relatif lambat sehingga panas
yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.
Pada proses ini dilakukan
penggunaan partikel abrasif tertentu yang berperan sebagai alat pemotongan
secara berulang-ulang. Pada beberapa proses, partikel- partikel tersebut
dsisatukan sehingga berbentuk blok dimana permukaan yang ditonjolkan adalah
permukan kerja. Partikel itu dilengkapi dengan partikel abrasif yang menonjol
untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak.
Pengamplasan dilakukan dengan
menggunakan kertas amplas yang ukuran butir abrasifnya dinyatakan dengan mesh.
Urutan pengamplasan harus dilakukan dari nomor mesh yang rendah (hingga 150
mesh) ke nomor mesh yang tinggi (180 hingga 600 mesh). Ukuran grit pertama yang
dipakai tergantung pada kekasaran permukaan dan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan
oleh pemotongan. Hal yang harus diperhatikan pada saat pengamplasan adalah
pemberian air. Air berfungsi sebagai pemidah geram, memperkecil kerusakan
akibat panas yang timbul yang dapat merubah struktur mikro sampel dan
memperpanjang masa pemakaian kertas amplas.
4. Pemolesan (Polishing) Spesimen
Pemolesan bertujuan untuk
memperoleh permukaan sampel yang halus bebas goresan dan mengkilap seperti
cermin dan menghilangkan ketidakteraturan sampel. Permukaan sampel yang akan
diamati di bawah mikroskop harus benar- benar rata. Apabila permukaan sampel
kasar atau bergelombang, maka pengamatan struktur mikro akan sulit untuk
dilakukan karena cahaya yang datang dari mikroskop dipantulkan secara acak oleh
permukaan sampel. Perbedaan antara pengerindaan dan pengamplasan terletak pada
batasan kecepatan dari kedua cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses
yang memerlukan pergerakan permukaan abrasif yang sangat cepat, sehingga
menyebabkan timbulnya panas pada permukaan spesimen. Sedangkan pengamplasan adalah
proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan pergerakan permukaan abrasif yang
bergerak relatif lambat sehingga panas yang dihasilkan tidak terlalu
signifikan.
Dari proses pengamplasan yang
didapat adalah timbulnya suatu sistim yang memiliki permukaan yang relatif
lebih halus atau goresan yang seragam pada permukaan spesimen. Pengamplasan
juga menghasilkan deformasi plastis lapisan permukaan spesimen yang cukup
dalam. Proses pemolesan menggunakan partikel abrasif yang tidak melekat kuat
pada suatu bidang tapi berada pada suatu cairan di dalam serat-serat kain.
Tujuannya adalah untuk menciptakan
permukaan yang sangat halus sehingga
bisa sehalus kaca sehingga dapat memantulkan cahaya dengan baik. Pada pemolesan
biasanya digunakan pasta gigi, karena pasta
gigi mengandung Zn dan Ca yang akan dapat mengasilkan permukaan yang
sangat halus. Proses untuk pemolesan hampir sama dengan pengamplasan, tetapi
pada proses pemolesan hanya menggunakan gaya yang kecil pada abrasif, karena
tekanan yang didapat diredam oleh serat-serat kain yang menyangga
partikel.
- Etsa (Etching) Spesimen
Etsa dilakukan dalam proses
metalografi adalah untuk melihat struktur mikro dari sebuah spesimen dengan
menggunakan mikroskop optik. Spesimen yang cocok untuk proses etsa harus
mencakup daerah yang dipoles dengan hati-hati, yang bebas dari deformasi
plastis karena deformasi plastis akan mengubah struktur mikro dari spesimen
tersebut. Etsa dapa dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Etsa
Kimia merupakan proses pengetsaan dengan menggunakan larutan kimia dimana zat
etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya
disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Contohnya antara lain : Nitrid
Acid / Nital (Asam Nitrit + Alkohol 95%), Picral (Asam Picric + Alkohol),
Ferric chloride, Hydroflouric acid, dll. Perlu diingat bahwa waktu etsa jangan
terlalu lama (umumnya sekitar 4 ± 30 detik), dan setelah dietsa, segera dicuci
dengan air mengalir lalu dengan Alkohol kemudian
dikeringkan dengan alat pengering.
b. Elektro
Etsa (Etsa Elektrolitik) merupakan proses etsa dengan menggunakan reaksi
elektoetsa. Cara ini dilakukan dengan pengaturan tegangan dan kuat arus listrik
serta waktu pengetsaan. Etsa jenis ini biasanya khusus untuk stainless steel
karena dengan etsa kimia susah untuk medapatkan detil strukturnya .
Etsa merupakan proses penyerangan
atau pengikisan batas butir secara selektif dan terkendali dengan pencelupan ke
dalam larutan pengetsa baik menggunakan listrik maupun tidak ke permukaan
sampel sehingga detil struktur yang akan diamati akan terlihat dengan jelas dan
tajam. Untuk beberapa material, mikrostruktur baru muncul jika diberikan zat
etsa.Sehingga perlu pengetahuan yang tepat untuk memilih zat etsa yang
tepat.Pengamatan struktur makro dan mikro. Pengamatan metalografi dengan
mikroskop optik dapat dibagi dua, yaitu:
a. Metalografi makro yaitu
pengamatan struktur dengan perbesaran 10-100 kali.
b. Metalografi mikro yaitu
pengamatan struktur dengan perbesaran diatas 100 kali
14. Uji
Kekerasan Vikers
Kekerasan
didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap
penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang lebih keras (penetrator). Nilai
kekerasan dapat diketahui dengan beberapa metode diantaranya rockwell test,
brinnel test dan vickers test.
Metode
pengujian Vickers menggunakan indentor berbentuk piramida intan. Piramida pada
ujung penekan mempunyai bentuk dasar persegi dan pada ujungnya mempunyai sudut
136º pada sisi yang saling berhadapan. Indentor ditekan dengan gaya sebesar 100
Kgf, beban ini ditekankan pada periode selama sepuluh hingga 15 detik. Kedua
diagonal dari penekan yang tertinggal pada material diukur menggunakan
mikroskop dan diambil rata- ratanya. Luas permukaan tapak tekan dapat dihitung
dengan membagi beban yang digunakan dengan luas tapak tekan dalam mm2
5. Uji
Tekan (UTM)
Kuat tekan suatu material
didefenisikan sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis
sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai
terjadinya kegagalan (failure).
Pengujian kuat tekan dapat dilihat
pada gambar 2.5.1 bentuk sampel uji
biasanya berbentuk silinder dengan perbandingan panjang dan diameter, (L/d)
adalah 1 banding 3. Akan tetapi, nilai perbandingan antara panjang dan tinggi
bisa sampai 10 pada saat pengujiaan sampel
untuk menentukan nilai dari modulus elastik.
Dalam melakukan pengujian kuat tekan,
panjang sampel harus sesuai dengan yang telah ditetapkan. Apabila perbandingan
panjang dan diameter terlalu besar maka akan terjadi buckling. Jika hal ini
terjadi, maka hasil dari uji kuat tekan tidak akan menghasilkan nilai yang
berarti artinya kuat
tekan dari sampel sangat kecil. Buckling merupakan nilai yang sangat kecil
dalam pengujian kuat tekan dan tidak perlu dimasukkan kedalam perhitungan tes
hasil uji dan perlu di lakukan pengujian kembali. Seperti contoh pengujian kuat
tekan dapat dibuat secara paralel tetapi tidak akan menghasilkan nilai yang
sempurna untuk pengujian tersebut.
6. Perlakuan Panas pada AL-Si
Lebih lengkapnya, proses yang disebut sebagai perlakuan panas ini
bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik material seperti tensile strength,
resistance, elongation, impact resistance, dan hardness. Tidak seperti pada
logam ferrous, paduan logam non ferous seperti alumunium hanya dapat dikeraskan
secara signifikan melalui proses yang disebut sebagai precipitation hardening,
yaitu proses tambahan yang bertujuan untuk menambah kekuatan material melalui
penghalusan butir.
Pada proses ini, sifat mekanik paduan alumunium ditingkatkan dengan cara
pembentukan lattice defect yang akan berlaku sebagai penghambat gerak
dislokasi. Pada hasil proses precipitation hardening, defect tersebut berbentuk
partikel-partikel halus yang terdistribusi merata, disebut sebagai presipitat.
Intinya, proses precipitation hardening pada alumunium memanfaatkan
pembentukan presipitat (materi yang keras dan berfungsi sebagai inklusi /
penghambat laju dislokasi) seperti Mg2Si, CuAl2, Si eutectic, dan Mg2Al. Oleh
karena itu Mg, Si, ataupun Cu merupakan elemen-elemen utama dalam paduan
alumunium. Tanpa adanya unsur-unsur tersebut, kecil kemungkinan terjadinya
pengerasan melalui proses heat treatment.
Solution Treatment
Solution treatment dapat dilakukan pada media udara, oli atau tungku
garam. Media oli (200 – 300°C) dan garam (300 – 500 °C) memiliki keuntungan
daripada media udara dalam hal keseragaman temperatur prosesnya, tetapi dari
segi kemudahan proses dan pencapaian temperaturnya yang tinggi, media udara
lebih banyak digunakan.
Solution treatment dilakukan untuk mendapatkan fasa tunggal yang sesuai
dan stabil. Berdasarkan diagram fasanya, fasa yang stabil adalah fasa α.
Sebagai ilustrasi, rentang temperatur stabil untuk paduan 4wt% Cu adalah antara
500 – 550 °C, maka agar terjadi proses difusi unsur paduan ke dalam matriksnya
(sebagai syarat untuk merubah struktur mikro), paduan tersebut harus mengalami
solution treatment di antara temperatur tersebut.
Pada solution treatment, paduan dipanaskan hingga membentuk larutan
padat sempurna (yaitu wilayah fasa tunggal pada diagram fasa). Kondisi fasa
matriks pada temperatur ini memungkinkan elemen-elemen paduan berdifusi ke
dalam matriks induknya dan terdistribusi dengan sendirinya secara merata.
Komposisi yang terjadi disebut sebagai larutan padat. Larutan padat kemudian
didinginkan dengan cepat (quench) hingga mencapai temperatur kamar. Setelah
diquench, atom-atom yang terlarut akan tetap terdistribusi merata dalam larutan
padat lewat jenuh (supersaturated solid solution) yang memiliki sifat sangat
lunak dan ulet.
Struktur mikro paduan alumunium hasil casting terdiri dari kristal
silikon eutektik berbentuk jarum, Mg2Si berwarna keabu-abuan dan fasa alumunium
pro-eutektoid. Proses solution treatment menyebabkan Mg2Si terlarut ke dalam
matriks alumunium, sementara kristal eutektik silikon yang tadinya berbentuk
jarum berubah menjadi nodular. Transisi ini memerlukan waktu yang cukup lama.
Semakin lama waktu solution dan semakin tinggi temperaturnya maka proses akan
menghasilkan efek yang lebih baik. Tetapi bagaimanapun juga, kedua parameter
tersebut memiliki batas tertentu.
Quenching
Proses quenching merupakan proses yang kritikal untuk menghasilkan
distribusi fasa presipitat yang seragam pada saat proses aging. Jika proses
pendinginannya berlangsung terlalu lambat, presipitat akan terbentuk di batas
butir, yang akan menyebabkan sifat mekaniknya keras dan getas. Pembentukan
presipitat di batas butir alumunium berpotensi menyebabkan terjadinya
intergranular embrittlement (perambatan retak melalui batas butir alumunium).
Proses
quenching yang melibatkan pendinginan cepat (rapid cooling) fasa padat α yang
kaya akan elemen paduan (Si, Mg, Cu) dalam air hingga mencapai temperatur
kamar. Pendinginan cepat ini akan mempertahankan larutan padat dengan cara
mencegah difusi atom-atom paduan keluar dari matriksnya, menghasilkan larutan
padat lewat jenuh (supersaturated solid solution – SSS)). Proses ini dikenal
sebagai proses solid solution hardening.
Bila paduan didinginkan dengan lambat setelah proses solution treatment,
Mg2Si dan elemen-elemen lain yang tadinya sudah berdifusi ke dalam matriks
alumunium akan kembali ke keadaan awal sebelum solution treatment. Tetapi jika
paduan didinginkan dengan cepat ke dalam air, Mg2Si akan tetap terlarut dalam
matriks, seperti kondisi saat solution treatment. Proses pendinginan cepat ini
dikenal sebagai proses quenching. Dengan kata lain, proses quenching memaksa
Mg2Si terlarut dalam matriks pada kondisi padat sehingga matriks bersifat lewat
jenuh (supersaturated solid solution). Semakin cepat laju pendinginannya akan
semakin baik, tetapi bila terlalu cepat akan menyebabkan material terdeformasi.
Oleh sebab itu material diquench dalam air hangat (80 °C).
Aging
Langkah terakhir adalah pemanas ulang (re-heating) larutan pada
temperatur tertentu dan ditahan pada temperatur tersebut selama beberapa waktu,
dikenal sebagai proses aging.
Setelah proses quenching, paduan yang memiliki struktur larutan padat lewat jenuh (supersaturated solid solution) cenderung tidak stabil dan bertendensi membentuk presipitat Mg2Si. Saat waktunya tiba, Mg2Si akan terdispersi dan terpresipitasi. Peristiwa ini disebut sebagai aging.
Aging terbagi menjadi dua kategori : aging dingin, dimana presipitasi berlangsung pada temperatur kamar (natural aging) dan aging panas dimana paduan dipanaskan untuk mempercepat terbentuknya presipitat (artificial aging). Semakin tinggi temperatur aging dan semakin lama waktunya, paduan akan menjadi semakin keras. Tetapi bila temperatur terlalu tinggi atau waktunya terlalu lama, proses presipitasi akan mencapai puncaknya dan presipitat-presipitat yang telah terbentuk akan saling berdifusi dan beraglomerasi membentuk struktur baru, sehingga jumlah presipitat dalam matriks akan berkurang. Hal ini menyebabkan kekerasan paduan akan menurun. Peristiwa ini disebut sebagai overaging.
Setelah proses quenching, paduan yang memiliki struktur larutan padat lewat jenuh (supersaturated solid solution) cenderung tidak stabil dan bertendensi membentuk presipitat Mg2Si. Saat waktunya tiba, Mg2Si akan terdispersi dan terpresipitasi. Peristiwa ini disebut sebagai aging.
Aging terbagi menjadi dua kategori : aging dingin, dimana presipitasi berlangsung pada temperatur kamar (natural aging) dan aging panas dimana paduan dipanaskan untuk mempercepat terbentuknya presipitat (artificial aging). Semakin tinggi temperatur aging dan semakin lama waktunya, paduan akan menjadi semakin keras. Tetapi bila temperatur terlalu tinggi atau waktunya terlalu lama, proses presipitasi akan mencapai puncaknya dan presipitat-presipitat yang telah terbentuk akan saling berdifusi dan beraglomerasi membentuk struktur baru, sehingga jumlah presipitat dalam matriks akan berkurang. Hal ini menyebabkan kekerasan paduan akan menurun. Peristiwa ini disebut sebagai overaging.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
ReplyDeleteTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash,Eco Loundry,Paper Chemical,Textile Chemical,Degreaser & Floor Cleaner Plant,Kaporit tablet,cair & serbuk,Freon R 22 dll
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik),Rust remover,Coal & feul oil additive,Cleaning Chemical,Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical,Hand sanitizer,Disinfectant,Evaporator,Oli Grease,Karung,Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68
C-PAO,Zinc oxide,Thinner,
Macam2 lem,Alat-alatlistrik,Packaging,Pallet,Almunium,Bata api std 230*114*65 mm,Bata Api Sk 34 itu bs ketahanan 1400°
Bata Api Sk 36 bs tahan 1600°,Semen sk 34 dan 36,Masing2 sama ketahanan suhunya
Lem Dextone
Spesialis Menjual TERPAL&TENDA
Nama2 barang/jual.Bahan2 Terpaluline: jerman,korea,A12korea,A12cina,canvas super,terpal A1 s/d A20,
*Tenda lipat,Terpal canvas/kain super,Tali tambang PE dan PP,tambang manila,Jaring anggrek,Jaring polynett(untuk konstruksi & bangunan),jaring PE dan waring(untuk perkebunan,perikanan,dll),Karung plastik,plastik mika,Bahan sunbrella/awning.Terpal plastik,parasheet,oxford,PVC Leather,PE/PP ROPE,ETC,TAS MOTOR dsb